Hasil Riset Ilmuwan Manusia Berpotensi Miliki Bisa Beracun Layaknya Ular

oleh
Sumber: instagram @panjipetualang_real

Hasil Riset Ilmuwan Manusia Berpotensi Miliki Bisa Beracun Layaknya Ular

www.suryanenggala.id– Sekelompok ilmuwan menemukan bukti konkret hasil riset yang menyatakan manusia dapat mengeluarkan racun seperti ular. Hal itu dibuktikan dari hubungan antara kelenjar racun pada ular dan kelenjar ludah pada manusia.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PNAS menunjukkan bahwa meskipun manusia atau tikus tidak berbisa saat ini. Genomnya memiliki potensi dalam kondisi ekologi tertentu.

Melansir Independent, para ilmuwan dari Institut Sains dan Teknologi Okinawa Universitas Pascasarjana (OIST) dan Universitas Nasional Australia mencari gen yang bekerja bersama dan berinteraksi dengan gen racun.

Penelitian tersebut menggunakan kelenjar racun dari ular habu Taiwan, ular pit viper yang ditemukan di Asia dan mengidentifikasi sekitar 3.000 gen yang ada di hewan itu. Hasilnya, mereka mencatat bahwa seluruh gen kelenjar racun dari ular memainkan peran penting dalam melindungi sel dari stres yang disebabkan oleh produksi banyak protein.

Baca juga :

Para peneliti juga melihat genom makhluk lain termasuk mamalia seperti anjing, simpanse, dan manusia. Menariknya, mereka menemukan bahwa gen pada kelenjar ludah mamalia memiliki pola aktivitas yang mirip dengan yang terlihat pada kelenjar bisa ular.

Oleh karena itu, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kelenjar ludah pada mamalia dan kelenjar racun pada ular berbagi inti fungsional kuno.
“Banyak ilmuwan secara intuitif percaya ini benar, tapi ini adalah bukti kuat pertama yang nyata untuk teori bahwa kelenjar racun berevolusi dari kelenjar ludah awal. ” ucap penulis studi Agneesh Barua.

National World memberitakan, Barua mengatakan ular memasukkan banyak racun yang berbeda ke dalam racun mereka dan meningkatkan jumlah gen yang terlibat dalam menghasilkan racun. Sedangkan mamalia seperti tikus menghasilkan racun yang lebih sederhana yang memiliki kemiripan tinggi dengan air liur.
“Jika dalam kondisi ekologi tertentu, tikus yang menghasilkan lebih banyak protein beracun dalam air liurnya memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih baik. Maka dalam beberapa ribu tahun, kita mungkin bertemu dengan tikus berbisa,” ujar Barua.

(Tim)

Response (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *