Rumah di Gadaikan Akibat Terlilit Hutang Rentenir Berkedok Koperasi

oleh
Akibat gali lobang tutup lobang nasabah terjerat beberapa pinjaman di bang titil

Rumah di Gadaikan Akibat Terlilit Hutang Rentenir Berkedok Koperasi

www.suryanenggala.id. Lamongan – Rentenir berkedok koperasi di Kecamatan Mantup Desa Kedungsoko semakin merajalela.  Banyaknya Rentenir yang berkedok koperasi KSP atau biasa di sebut bank titil, atau bang keliling yang menyasar ke desa-desa untuk mencari mangsa ibu-ibu dengan  tidak memandang punya usaha atau tidak memang diakui oleh masyarakat sangat meresahkan. Dengan bermodal foto copy KTP, KK, sudah bisa langsung mendapat pinjaman yang cair di tempat transaksi itu juga.

Namun di balik kemudahan yang di tawarkan Bank titil akhirnya banyak masyarakat terjerat hutang yang semakin besar karena bunga pinjamannya sangat tinggi. Seperti koperasi dari Surabaya ini, Nasabah Pinjam Rp. 3.000.000. Menerima Rp. 2.400.000 di potong satu kali angsuran Rp. 390.000
Nasabah menerima bersih Rp. 2.000.000.
Total pengembalian Rp. 3.900.000
Selama sepuluh angsuran atau sepuluh minggu.

Juru tagih dari KSP Jombang yang beroperasi di daerah Lamongan

Seperti yang di alami Anita (31), bukan nama sebenarnya, seorang ibu yang pekerjaan sehari-hari bersama suaminya sebagai buruh tani berawal dari meminjam bank titil akhirnya harus mengadaikan rumah dan kini harus menempati rumahnya sendiri dengan menyewa Rp.2.000.000 juta per tahun pada renternir yang menggadai rumahnya.

baca juga:

“Entahlah mas, saya bingung sudah tidak punya apa-apa lagi  rumah juga sudah di gadai rentenir Rp. 35 juta dan hanya menerima uang Rp.18 juta karena di potong sewa rumah 6 juta selama 3 tahun didepan dan bunga-bunga lainya saat itu ” kata Anita dengan wajah bingung.

“Anak saya juga hampir tidak bisa mengikuti ujian karena tidak bisa membayar biaya ujian dan tidak bisa melunasi biaya-biaya lain-nya, untungnya masih di berikan keringanan untuk mengikuti ujian” imbuhnya sedih kepada awak Media Surya Nenggala (13/12)

Begitu juga dengan Selly (49), penjual mie ayam ini meminjam dari beberapa bank titil yang awalnya hanya pinjam di salah satu bank titil  harian dengan persyaratan yang sangat mudah, namun karena bunganya yang tinggi akhirnya tidak bisa membayar jadi harus pinjam ke bank titil lainya. “Saya pinjam di beberapa bank ada yang harian, mingguan dan ada yang dua minggu sekali untuk membayar bank titil setiap hari karena kalau libur atau kurang mereka menagihnya kasar banget saya takut ” katanya

Kebanyakan nasabah tidak tahu alamat kantor KSP karena tidak ada di alamat dan nomor telepon di promes.

Alasan banyaknya mereka  meminjam di banyak bank titil adalah untuk gali lubang tutup lubang, ketika tidak punya uang untuk bayar di satu bank titil maka mereka meminjam di bank titil lainya yang datang menawari, dan mereka terpaksa pinjam meski tahu bunganya tinggi dan setiap datang menagih harus bayar tidak boleh kurang dan tidak boleh libur.
Kalau sampai libur atau kurang juru taginya marah-marah ” Ucapanya sangat kasar dan tidak sopan bahkan sering disuruh cari pinjaman ke tetangga sampai dapat uang dan ditungguin sampai malam ” tuturnya

Warga menyebut dengan bank setan karena saat menagih  sering sampai malam dengan cara yang kasar dan memaksa bahkan tidak jarang memaksa  menggadaikan barang nasabah.

Kebanyakan bank titil yang beroperasi di kecamatan Mantup bukanlah dari wilayah Lamongan sendiri.
Saat awak media bertanya pada juru tagih ada yang mengaku dari Bojonegoro, Jombang, Mojokerto, Babat, Surabaya dan kota-kota di luar Lamongan  namun saat di tanya alamat yang pasti mereka enggan menunjukan.

(PJO)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *