52 Sapi Terjangkit PMK di Kabupaten Mojokerto Sembuh Per 12 Mei

oleh
Foto:Khl;Prm/Dhan/Ar

52 Sapi Terjangkit PMK di Kabupaten Mojokerto Sembuh Per 12 Mei

www.suryanenggala.id – Kabupaten Mojokerto. 52 sapi terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Mojokerto dinyatakan sembuh total. Jumlah tersebut berdasarkan update data sebaran PMK di Kabupaten Mojokerto per 12 Mei 2022.

Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Mojokerto, Nurul Istiqomah mengatakan, per 12 Mei, jumlah sapi terjangkit PMK yang sudah sembuh kian meningkat. “Dibanding kemarin, yang sembuh meningkat. Kemarin 33 ekor, hari ini tambah 19, jadi totalnya ada 52 ekor,” tuturnya, Kamis (12/5). 

Tambahan 19 ekor sapi yang sembuh tersebut, berasal dari Kecamatan Dawarblandong, Mojoanyar, dan Kecamatan Dlanggu. “Dawarblandong kemarin dua, hari ini tambah 10 jadi 12. Mojoanyar dari tiga, ada tambahan dua, jadi lima. Dlanggu awalnya 12 ada tambahan dua, jadi 14,” bebernya. 

Sehingga rinciannya, lanjut Nurul, data sapi sembuh dari PMK per 12 Mei yakni, Kecamatan Dawarblandong 12 ekor, Kecamatan Pacet 13 ekor, Kecamatan Jetis satu ekor, Kecamatan Mojoanyar lima ekor. Selain itu, 14 sapi sembuh dari Kecamatan Dlanggu, lima ekor dari Kecamatan Trawas serta dua ekor dari Kecamatan Trowulan. 

Baca Juga :
52 Sapi Terjangkit PMK di Kabupaten Mojokerto Sembuh Per 12 Mei
Foto:Khl/Dhan/Ar

Kadisperta Kabupaten Mojokerto ini juga memaparkan, jumlah kasus PMK di Kabupaten Mojokerto per 12 Mei mencapai 978 kasus. Jumlah sapi sembuh 52 ekor, sapi mati karena PMK 12, dijual satu ekor dan potong paksa lima ekor. “Jumlah kasus masih tambah, sembuhnya juga semakin naik. Sementara matinya stagnan, sama seperti sapi yang dijual dan dipotong paksa,” ungkapnya. 

Mantan Kepala Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Mojokerto ini berharap, dengan upaya penanganan yang telah dilakukan tim paramedis Disperta Kabupaten Mojokerto, jumlah sapi yang sembuh bisa semakin meningkat. 

Diberitakan sebelumnya, Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menjelaskan, karena penyakit ini memiliki serotif mortalitas yang rendah, sehingga kematian masih tergolong minim, dibandingkan jumlah populasi sapi yang terinfeksi. 

“Artinya apa? Ketika dia (sapi) sudah mau makan makan artinya sudah membaik. Karena gejalanya melepuh dan pecah di sekitar mulut dan gusi sehingga nyeri pada saat makan, ini yang menimbulkan hipersalitasi. Air liurnya keluar berbusa, jika sudah mau makan maka ada perbaikan gejala,” tegasnya usai memimpin sterilisasi Pasar Hewan Ngrame, Kecamatan Pungging, Rabu (11/5).

(Sumber : Diskominfo Kab Mojokerto)

(Khl;gd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *