Bertemu Masyarakat Gili Trawangan Bersama Bang Zul, Gubernur NTB yang sederhana

oleh
Taufan Rahmadi satu mobil dengan Gubernur NTB Dr Zulkieflimansyah untuk mengunjungi Gili Trawangan. (Foto: TK Surya Nenggala/FB TR)
Taufan Rahmadi satu mobil dengan Gubernur NTB Dr Zulkieflimansyah untuk mengunjungi Gili Trawangan. (Foto: TK Surya Nenggala/FB TR)

Bertemu Masyarakat Gili Trawangan Bersama Bang Zul, Gubernur NTB yang sederhana

www.suryanenggala.id, Jakarta – Setiap perjalanan pasti meninggalkan kesan berarti. Begitupun dengan saya yang pada beberapa waktu lalu berkesempatan mendampingi Bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr Zulkieflimansyah mengunjungi Gili Trawangan. Tentu merupakan suatu kehormatan bagi saya ketika dihubungi beliau untuk mendampingi beliau sebagai Gubernur bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat terkait permasalahan PT.GTI (Gili Trawangan indah).

Semenjak Bang Zul dipilih sebagai Gubernur, inilah pertama kalinya saya satu mobil dengan orang nomor satu di NTB tersebut. Kesan pertama saya saat melihat penampilan Gubernur NTB yang satu ini adalah sosok yang sederhana dan bersahaja.

Dalam perjalanan ini kami pun melakukan perbincangan. Bang Zul mengakui, bahwa banyak orang-orang yang datang ingin menyogoknya. Tetapi beliau menolak lantaran tidak ingin tersandera dengan hal-hal seperti itu.

” Jadi pejabat itu yang lurus saja , jangan cawe – cawe hal yang dilarang ” , ujarnya tegas.

Pemerhati Pariwisata Nasional, Taufan Rahmadi. (Foto:TK/Fb Taufan Rahmadi)

Pun dengan permasalahan PT.GTI ini, beliau merasa tenang-tenang saja, karena beliau merasa tidak tersandera dengan kepentingan apapun. Bagi Bapak Zulkieflimansyah, yang utama adalah kepentingan masyarakat. Sebab menurutnya, Investasi itu harus benar-benar berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Saya pun dalam diskusi tersebut mengutarakan bahwa saya setuju dengan apa yang disampaikan Pak Gubernur. Sebab bagi saya, pembangunan pariwisata ujungnya harus menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Menurut saya, ketika pariwisata itu dikembangkan dan meninggalkan nilai-nilai kesejahteraan serta kelestarian, itu berarti ada yang salah di sistem pembangunannya. Artinya, kita harus hormati investasi, tetapi jangan lupa tetap mengutamakan kepentingan masyarakat.

Begitu sampai di Gili Trawangan, Bng Zul melakukan inspeksi terkait persoalan lahan 65 hektare yang dikelola PT.GTI. Setelah inspeksi selesai, baru dilakukan dialog dengan masyarakat.

Setelah berdialog dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang tadinya sangat kontra dan merasa resah dengan posisi Pemprov NTB terkait masalah ini. Semua menjadi jelas ketika Bang Zul sebagai Gubernur NTB menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh para tokoh masyarakat di Gili Trawangan.

Berdasarkan pengamatan saya secara langsung, Bang Zul dengan santun, lugas dan tegas dapat menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan. Menariknya, beliau dapat berbagi porsi dan mengetahui dengan benar siapa siapa yang memiliki kompetensi menjawab setiap pertanyaan tersebut.

Bang Zul, bisa mencairkan suasana dengan dialog-dialog yang membuat suasana tegang menjadi suasana yang lebih bersahabat. Sehingga dialog itu, yang tadinya diperkirakan akan berjalan alot dan panas, justru menjadi dialog yang mencairkan dan mengakrabkan satu sama lainnya.

Tidak lama setelah itu, semua orang bersiap-siap untuk melaksanakan salat Jumat. Hal menarik terjadi lagi, ketika saya pertama kali melihat beliau menjadi Khatib Sholat Jumat di Masjid di Gili Trawangan. Saya pikir, tidak semua pemimpin bisa melakukan itu.

Dalam kesempatan menjadi khatib kali ini, Bang Zul menyampaikan nilai-nilai spiritual yang membuat para pelaku pariwisata menyadari tentang melayani sesuai dengan tuntunan Islam. Selain menjadi Khatib, beliau juga menjadi Imam dalam salat Jumat tersebut.

Berdasarkan perjalanan itu, kesan yang saya ambil dari sosok Bang Zul adalah, bahwa menjadi Gubernur jangan sampai tersandera oleh hal-hal apapun, seperti materi, janji dan lainnya. Tetapi justru yang paling penting adalah bagaimana menjaga diri untuk bisa menjaga amanah, dekat dengan masyarakat, selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan jangan sampai tergiur dengan sogokan.

Adapun awal mula permasalah dengan PT.GTI, adalah perusahaan tersebut mendapat hak kelola usaha pariwisata di atas lahan seluas 65 hektare di kawasan wisata Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara.


Kontrak itu terhitung sejak penandatanganan kerja sama tahun 1995 sampai 2026 dimana PT GTI berjanji akan memberikan kenaikan royalti setiap lima tahun kepada Pemprov NTB

Namun, kenyataannya daerah hanya diberikan Rp22,5 juta per tahun. Sementara perputaran uang setiap harinya di destinasi andalan NTB itu mencapai Rp2-5 miliar. Bahkan, berdasarkan hasil perhitungan Ditjen Kekayaan Negara Wilayah NTB, pendapatan daerah yang hilang di Gili Trawangan mencapai lebih dari Rp2,3 triliun.

Masih banyak tantangan pariwisata NTB yang harus dituntaskan terlebih di tengah pandemi ini , segenap masyarakat NTB harus bersatu di dalam menghadapinya.

Terus berjuang Bang Gubernur, Semoga Alloh SWT senantiasa memudahkan di dalam menjalankan amanah rakyat , Amin Yra

Salam Pesona Indonesia, ( TR )

(Tk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *