KKP dan Australia Bekerja Sama Lindungi Warisan Budaya Bawah Air Indonesia

oleh

KKP dan Australia Bekerja Sama Lindungi Warisan Budaya Bawah Air Indonesia

Suryanenggala.id, JAKARTA (11/10) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Flinders University, Adelaide, Australia memperkuat kerjasama melindungi warisan budaya air Indonesia.

Kerja sama tersebut dilakukan dalam bentuk pencatatan dan kajian bersejarah warisan budaya bawah air Indonesia yang ditandai melalui penandatanganan Technical Agreement bersama oleh Dr. Miftahul Huda Direktur Jasa Kelautan dan Associate Professor of Archeology Dr. Martin Polkinghorne dari College of Humanities, Arts and Social Sciences, Flinders University, yang disaksikan langsung oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoopo dan Dean of Graduate Research, Professor Tim Cavagnaro di Australia.

“Indonesia maupun Australia, sama-sama mengelola koleksi benda bersejarah. Ini diharapkan dapat mempererat hubungan di antara keduanya. Berbagi informasi dan data, kajian ilmiah untuk menelusuri dan menganalisis, membangun basis data, meningkatkan kapasitas dan berbagi pengetahuan, merupakan strategi utama untuk mencapai tujuan utama dibangunnya kesepakatan ini,” ungkap Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo.

Lebih lanjut Victor menyebutkan bahwa metodologi inovatif untuk menemukan asal usul sejarah benda-benda bersejarah diharapkan dapat membantu memecahkan teka-teki dan menciptakan narasi sejarah baru yang relevan dengan masa lalu kemaritiman. Tak hanya itu, inisiatif-inisiatif tersebut diharapkan dapat mendukung konservasi in situ dan pemanfaatan warisan maritim bawah laut secara optimal.

“Kolaborasi ini akan mengungkap sejarah masa lalu maritim kita yang terus menginspirasi dan mendidik generasi selanjutnya. Artefak bawah laut juga dapat memberikan dampak yang berarti bagi kemajuan perekonomian kelautan kita,” jelasnya.

Kemitraan dengan Flinders University diyakini Victor menjadi langkah awal kerja sama dan menjajaki inisiatif yang lebih luas untuk membangun warisan budaya dan pengelolaan laut yang lebih baik.

Sementara itu, Direktur Jasa Kelautan Miftahul Huda menerangkan kerjasama dengan Flinders University (FU) telah diawali pada Februari 2021 lalu. Dr. Martin Polkinghorne, dosen senior pada Departemen Arkeologi, Flinders University menyampaikan Letter of Interest untuk bekerja sama membantu pemanfaatan koleksi BMKT untuk kepentingan membangun narasi pengetahuan sejarah maritim. Pada saat itu posisi Flinders University sedang mengajukan pendanaan project riset pada Australian Research Council Linkage untuk melakukan penelusuran sejarah sekitar 2000 artefak koleksi seorang kolektor Australia yang didonasikan kepada Flinders University sebagai materi pengajaran.

Proyek kerja sama ini akan membantu pemanfaatan koleksi Benda muatan Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) untuk kepentingan membangun narasi pengetahuan sejarah maritim, seperti kajian kesejarahan yang akan dilakukan oleh Flinders University bersama Universitas Gajah Mada, SPAFA Thailand dan Vietnam. Lalu kajian legalitas akan dilakukan oleh pakar hukum dari University of Queensland, peluang repatriasi artefak ke Indonesia, serta analisis provenance dan provenience bekerja sama dengan KKP dengan pembanding koleksi BMKT yang berada di Cileungsi atau data dukung penelusuran.

Sebagai implementasi kerjasama ini, Flinders University berkomitmen untuk menyediakan tenaga inventory selama 4 tahun project berlangsung serta membantu KKP melakukan percepatan pendatabasean BMKT di Cileungsi, melakukan analisis saintifik asal artefak / BMKT termasuk kesejarahan, membantu pengkatalogian dan interpretasi BMKT, membantu peralatan dokumentasi (kamera) dan pengolahan data (komputer) untuk digunakan di Cileungsi, serta melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas SDM KKP.

KKP sendiri telah siap untuk melakukan inventory, membuka akses terhadap koleksi BMKT yang memiliki kemiripan dengan koleksi yang tersimpan di SEACAL (South East Asia Ceramic Archaeology Laboratory) untuk pendokumentasian serta pelacakan asal dan sejarah artefak tersebut. Hal ini juga akan disinergikan dengan kegiatan percepatan program penyelesaian database BMKT sebagai bentuk kontribusi in-kind.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk mengelola sumber daya laut dengan lebih bijak dengan tetap mengedepankan ekologi sebagai panglima dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat.

(*/TK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *