Site icon Surya Nenggala

Erwin Ricardo : Marwah Golkar Adalah Harga Mati

Erwin Ricardo : Marwah Golkar Adalah Harga Mati

www.suryanenggala.id, JAKARTA– Merawat Golkar sebagai rumah besar bangsa Indonesia adalah menjadi keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar, kata salah seorang kader senior Golkar, Erwin Ricardo Silalahi yang tumbuh dan besar di sebagai kader Ormas pendiri Golkar, yakni SOKSI, besutan almarhum Mayjen purnawirawan TNI- AD Suhardiman

Mengapa predikat Golkar disebut sebagai rumah besar bangsa?, tanyanya sambil menjawabnya sendiri, katanya, karena sejak didirikan 20 Oktober tahun 1964, Golkar telah menganut faham menjadi “payung besar”; tempat berteduh dengan damai dan tenteram bermacam suku bangsa, berbagai pemeluk agama, aneka akar budaya dan aliran  yang terdapat di nusantara yang  luas ini: menyatu di bawah teduhnya pohon Beringin.

Suatu hal yang yang menjadi keprihatinan Erwin Ricardo dan sejumlah besar kader senior dan yunior, yakni disebabkan akhir – akhir ini, telah merebak pemberitaan di berbagai media, termasuk medsos (media sosial) yang isinya mendiskreditkan nama AH (Airlangga Hartarto0 selaku Ketua Umum PG (Partai Golkar). Isu tidak sedap yang menerpa diri AH itu sangat mengganggu soloditas internal kader PG. Karena berita tersebut terkait dengan tindakan amoral yang dituduhkan kepada AH oleh sepasang suami isteri, yang diwakili sang isteri yang bernama RH. Pernyataan yang memojokkan tersebut dilancarkan secara bertubi – tubi secara terbuka ke ruang publik.
Atas nama penyelamatan citra dan nama baik PG itulah, maka Erwin Ricardo mengharapkan agar masalah ini tidak boleh dibiarkan berlarut – larut.

Karena pada akhirnya yang akan teriimbas ekses negatifnya adalah rusaknya citra PG di dalam perjalanan menuju Pemilu 2024. Satu –satunya cara paling cepat dan tepat untuk menyelamatkan citra PG sebagai rumah besar kebangsaan, kata Erwin lebih lanjut, “adalah memisahkan secara diametral perbuatan pribadi AH dengan keberadaan PG sebagai lembaga politik yang memayungi mayoritas aspirasi rakyat dari Pemilu ke Pemilu”.

Sebagaimana diketahui, sejak Pemilu 1971 di era Orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto hingga sekarang di era reformasi, dari Ketum AT (Akbar Tanjung), JK (Jusuf Kalla), ARB (Aburizal Bakrie) dan sekarang AH, peran Golkar selalu konsisten sebagai wadah pemersatu aspirasi rakyat. Terkait dengan kasus AH yang mengganggu itu, Erwin menyebut dengan tegas, bahwa, cara penyelesaiannya adalah melalui Munaslub.
“Caranya segera mengadakan Munaslub (Muyawarah Nasional Luar Biasa) sebagai forum resmi pergantian Ketua Umum secara konstitusional sebagaimana diatur didalam AD/ART PG”, tandas Erwin dengan wajah meyakinkan.
Ketika ditanyakan kepadanya, bagaimana cara memulai langkah pembersihan nama PG itu, Erwin menyebutkan, para kader sejati PG diminta turun gunung untuk menyemangati perjuangan membersihkan nama baik PG.
“Kader sejati Golkar yang saya maksud, adalah tokoh – tokoh yang pernah dibesarkan dan pernah membesarkan Golkar.

Mereka kami minta supaya urun rembug mencari solusi damai. Banyak tokoh – tokoh senior PG yang masih punya idealisme dan integritas yang mumpuni yang dapat menjadi mesin penggerak upaya penyelamatan PG, kata Erwin sambil menyebut beberapa nama.

Tapi meminta kepada media, supaya off the record aja dulu. “Tenang aja. Pada waktunya kami akan buka siapa saja tokoh – tokoh berintegritas tersebut”, tandasnya serius. (TK/Red)

Exit mobile version