Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Industri Petrokimia Jawa Timur

oleh
Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Industri Petrokimia Jawa Timur
Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Industri Petrokimia Jawa Timur

Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Industri Petrokimia Jawa Timur

www.suryanenggala.id-Jakarta. Pengembangan industri petrokimia nasional berperan penting untuk meningkatkan perekonomian serta menyerap tenaga kerja. Namun, substitusi impor masih menjadi tantangan besar dalam pengembangan industri tersebut.

“Hal ini terjadi karena impor produk petrokimia intermediate, bahan baku plastik dan serat sintetis masih cukup besar,” kata Asisten Deputi Migas, Pertambangan dan Petrokimia Kedeputian Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Andi Novianto.

Pada kesempatan yang berbeda, Deputi Pengembangan Usaha Badan Milik Negara, Riset dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna menyatakan bahwa Pemerintah telah melakukan langkah awal untuk melepas ketergantungan impor produk-produk petrokimia, salah satunya dengan restrukturisasi TubanPetro pada tahun 2019 lalu.

Untuk meneruskan langkah tersebut, Kedeputian Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengadakan Forum Group Discussion (FGD) “Pengembangan Industri Petrokimia di Jawa Timur”, Jumat (28/5), yang dihadiri oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, Perguruan Tinggi, serta Perusahaan-Perusahaan Petrokimia di Jawa Timur.

Perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur Eddi Wiyono pada kesempatan tersebut memaparkan peran Jawa Timur sebagai kontributor terbesar kedua di Pulau Jawa terhadap perekonomian nasional pada Triwulan I tahun 2021 dengan kontribusi sebesar 24,62%.

“Saat ini jumlah industri petrokimia di Jawa Timur terdiri dari 125 unit usaha Industri Besar dan 270 unit usaha Industri Menengah dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 59.594 orang. Pemerintah Daerah senantiasa memberikan kemudahan dalam pengembangan industri diantaranya dengan menyediakan kawasan-kawasan industri, serta melakukan perubahan RT/RW bila diperlukan,” kata Eddi.

Dalam pengembangan industri, Pemprov Jatim telah memfokuskan pada Kawasan Strategi Nasional Gerbangkertasusila dan Madura, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo Tengger Semeru (Selingkar Ijen) dan Selingkar Wilis (Jalur Lintas Selatan).

Selanjutnya, perwakilan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Jawa Timur Rizally Nur Aditya menyampaikan bahwa tahun 2020 ekonomi Jawa Timur mengalami kontraksi 2,39% namun realisasi investasi mampu meningkat sebesar 33,8%.

“Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) didominasi oleh investasi di bidang petrokimia yaitu oleh PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia sebesar 4,9 triliun rupiah di Kabupaten Tuban. Selain itu Proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban telah dimasukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Jawa Timur. Penyederhanaan perizinan di Jawa Timur juga telah dilakukan melalui Jatim OSS,” ungkap Rizally.

Perwakilan akademisi dalam FGD tersebut, Dekan Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Dr. Wawan Aries Widodo, menyampaikan bahwa perguruan tinggi harus menyelaraskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan teknologi kedepan. Untuk industri petrokimia, Perguruan Tinggi dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan perlu memasukkan teknologi konversi methanol to olefin, methanol to gasoline, teknologi gasifikasi batubara dan teknologi produksi petrokimia dari CPO dan biomass.

“Selain mendorong implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan mengikutsertakan mahasiswa dan dosen dalam pelatihan, praktek, magang dan pengembangan proyek penelitian dalam pengabdian serta pengembangan masyarakat, peningkatan kolaborasi antara pengembang industri, Pemerintah dan Perguruan Tinggi juga perlu dilakukan,” tutur Dr. Wawan.

PT Pertamina yang diwakili oleh Andi Prihandono mengutarakan keinginan Pertamina untuk dapat berpartisipasi lebih dalam bisnis petrokimia karena saat ini porsi Pertamina dalam bisnis tersebut hanya 10%. Peningkatan demand petrokimia sebesar 3% pertahun masih dipenuhi oleh barang impor sehingga menjadikan petrokimia sebagai attractive growth market dan key long term growth driver bagi Pertamina.

“Diharapkan tahun 2030 Pertamina dapat menjadi Leading Company di sektor petrokimia di Indonesia dengan berbagai proyek besarnya. Beberapa proyek Pertamina yang berada di Jawa Timur seperti GRR Tuban, Revamping Platforming dan Aromatic PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan Proyek Olefin TPPI bertujuan untuk meningkatkan produksi BBM dan produk-produk petrokimia,” kata Andi Prihandono.

Sementara itu, PT. Petrokimia Gresik (PKG) yang diwakili Widodo Heru mengaku pihaknya sedang melakukan revitalisasi pabrik dan pembangunan Pabrik Soda Ash. Pembangunan Soda Ash ini mempunyai keunggulan sebagai subsitusi impor sekitar USD 75 Juta pertahun dan diharapkan dapat beroperasi tahun 2024
(TK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *