Siti, Inovator UKM Produk Patin Crispy
www.suryanenggala.id – Ponorogo. Bermodal iseng dan nekat demi meningkatkan ekonomi keluarga, Siti Yasaroh, warga dukuh Krajan RT 03 RW 01 Desa Tanjungrejo Kecamatan Badegan memulai usaha kecil memproduksi camilan di rumah, namun kali ini ada yang menarik dan berbeda dari biasanya.

Siti, saat tim Surya Nenggala berkunjung ke rumahnya yang sekaligus tempat produksi, Kamis (25/02/21). Menceritakan awal mula ia memiliki ide membuat camilan lele crispy dan patin crispy hingga bisa masuk ke grosir dan online shop.
Ia dulu hanya bermodalkan 300 ribu saat memulai membuat roti basah di tahun 2014, kemudian mengikuti pelatihan-pelatihan dan mendapat bantuan alat bantu produksi dari Desa, seperti spinner/ pengering minyak.
“Saya tadinya hanya membuat roti basah. Namun setelah banyak mitra dan kenalan produsen, saya bingung ketika akan ada pameran produk kalau tidak salah PKK se Kabupaten Ponorogo 2020.” Ucap Siti sembari menunjukkan packing patin dan lele crispy.
Ia menceritakan ide kreatif muncul sejak 2020 kemarin, iseng ia membeli patin yang kemudian dicobanya dibuat crispy, “iseng saya beli patin, karena harganya lebih mahal dari ikan biasanya seperti produk lele crispy dan usus crispy ini saya belum berani beli banyak, ternyata peminatnya bagus di pasaran.” Tambahnya.

Kini ia menjalin mitra pemasaran seperti di pusat oleh-oleh Jenang Mirah, di Jetis Ponorogo, Toserba Luwes, Toserba Poper, Swalayan Surya
Mitra grosir, dan Swalayan Jambon di desa Jambon.
“Untuk harga lele 10 ribu per pcs 150 gram dari saya, kalau Patinnya biasanya terpaut 2-3 ribu lebih mahal, selain itu saya juga membantu menjualkan produk teman-teman seperti camilan Kuping gajah warna, Makaroni pedas balado, cumi-cumi, kripik pisang manis, untuk produk saya sendiri ada juga onde-onde ceplus, tempe kripik dan geplak tergantung pesanan konsumen.” Kata Siti.
Kini ia berhasil meraup keuntungan 5-6 juta bersih tiap bulannya, dengan karyawan masyarakat sekitar atau tetangga dan saudara, ia mulai merambah toko online seperti Lazada, Shopee, dan aplikasi dari UKM Ponorogo yaitu Jathilmart.
“Dulu omset normal setiap bulan, kotornya 9-10 juta. Kini omset pandemi lebih dari 50 persen penurunan. Saya memang masih terkendala di mesin dan modernisasi alat, seperti perajang tempe kripik, lele crispy, patin crispy, sealer atau perekat, dan spinner. Kalau penjualan sampai ke luar negeri mulai ada berkat online shop.” Katanya lagi.
Ia berharap bisa mendapat bantuan lagi untuk alat produksinya, sehingga semakin besar, modern dan cepat, sehingga usahanya bisa menjadi sentra perekonomian dan ladang pekerjaan untuk warga sekitar khususnya.
(LL)