Pers Berulang Tahun, Ini Sekelumit Sejarah Hari Pers Nasional

oleh
Manajemen dan redaksi Surya Nenggala Mengucapkan "Selamat Hari Pers Nasional ke 75" (foto: Surya Nenggala)

Pers Berulang Tahun, Ini Sekelumit Sejarah Hari Pers Nasional

www.suryanenggala.id Jakarta. Pers Indonesia, hari ini berulang tahun. Tepat 9 Februari 75 tahun lalu Indonesia memiliki wadah untuk menyebarkan informasi untuk rakyatnya. Sejak saat itu, peringatan Hari Pers Nasional (HPN) jatuh pada tanggal 9 Februari setiap tahunnya yang perayaannya dberlangsung secara bergantian di seluruh Provinsi Indonesia.

Pada masa Pandemi Covid-19, peringatan HPN tak seperti biasanya. Bahkan, tema HPN 2021 “Bangkit dari Pandemi, Pers sebagai Akselerator Perubahan dan Pemulihan Ekonomi” ini pun dapat menjadi “Godam” pemutus mata rantai penyebaran virus Corona.

Peringatan Hari Pers Nasional tak luput dari sebuah sejarah perjuangan insan pers.

Dulu, kepentingan untuk mendirikan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) pada waktu itu bertolak dari pemikiran bahwa barisan penerbit pers nasional perlu segera penataan dan pengelolaan, dalam segi idialis dan komersialnya. Mengingat saat itu penjajah membina dan menghidupkan pers asing sebagai usaha penjajah mempertahankan pengaruhnya dengan upaya propagandanya.

Lahirnya Pers dan surat kabar merupakan perlawanan berkaitan tingginya idealisme perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan. Namun, pada 8 Juni 1946 di Yogyakarta. Para tokoh surat kabar, tokoh-tokoh pers nasional bersatu untuk mengikrarkan berdirinya Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Wartawan Indonesia masih melakukan peran ganda sebagai aktivis pers dan aktivis politik.

Sebagai wadah persatuan, aspirasi perjuangan wartawan dan pers Indonesia memperoleh sarana dan wahana yang berlingkup nasional. Pada tanggal 9 Februari 1946 dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Terbentuknya organisasi PWI pada tengah kancah perjuangan ditujukan juga untuk mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya penjajahan. Melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia dalam tekad dan semangat patriotisme untuk membela kedaulatan, kehormatan serta integritas bangsa dan negara.

Gayung bersambut, Januari 1968, sebuah nota permohonan yang mendapat dukungan SPS dan PWI dilayangkan kepada Presiden Soeharto. Agar pemerintah turut membantu memperbaiki keadaan pers nasional, terutama dalam mengatasi pengadaan peralatan cetak dan bahan baku pers. Sehingga semakin berwarnalah dunia Pers Indonesia sejak saat itu.

Dan hingga kini, para wartawan dari generasi 1945 yang masih aktif tetap konsisten dan independen menjalankan profesinya sebagai pilar ke-empat bagi Bangsa Indonesia. Dengan semangat mengutamakan sejarah perjuangan bangsa, kendati aral melintang terus mencengkram, menghadang kiprahnya.

Jayalah insan pers, jangan kau lekang ditelan jaman. Mengingat sejarah pers nasional sebagai pers perjuangan dan pers pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Manajemen dan redaksi Surya Nenggala Mengucapkan “Selamat Hari Pers Nasional ke 75”.  

(TK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *