Epigrafi, Meraih Masa Depan Membaca Masa Lalu, Sejarah Prasasti Pandlegan di Kecamatan Wonodadi

oleh
Duplikat prasasti pandelegan 1 (Foto:Adv/Kominfo/Fe/SuryaNenggala)

Epigrafi, Meraih Masa Depan Membaca Masa Lalu, Sejarah Prasasti Pandlegan di Kecamatan Wonodadi

www.suryanenggala.id– Blitar. Selasa (10/11/2020). Epigrafi dalam bahasa Yunani epi-graphe berarti tulisan. Prasasti, merupakan suatu cabang arkeologi yang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau, salah satunya adalah Prasasti Pikatan.

Prasasti yang bernama Padlegan I ini di ketahui penemuanya berasal dari Desa Pikatan, Distrik Srengat, Afdeling Blitar, Residentie Kediri. Hal ini berdasarkan VOJ 1891, seperti dijelaskan Budayawan Blitar Windarko, S.T. yang akrab disapa Kang Koko pada Surya Nenggala, Selasa (10/11/2020) saat dikunjungi di Padepokan Angkling Darma tlatah Wonodadi. Kemudian prasasti ini di pindahkan ke Pendopo Kabupaten Blitar yang sekarang menjadi Museum Penataran Kabupaten Blitar.

“Seperti kita ketahui bersama bahwa duplikat prasasti tersebut berada di depan Kantor Kecamatan Wonodadi,” terang Kang Koko.

Epigrafi, Meraih Masa Depan Membaca Masa Lalu, Sejarah Prasasti Pandlegan di Kecamatan Wonodadi
Windarko, S.T atau akrab dipanggil Kang Koko Budayawan Blitar
Epigrafi, Meraih Masa Depan Membaca Masa Lalu, Sejarah Prasasti Pandlegan di Kecamatan Wonodadi
Prasasti asli di musium penataran Kab Blitar

Prasasti yang berbentuk Stella ini memiliki puncak kurawal dengan tingginya 145 cm dengan lebar atas 81 cm dan lebar bawah 70 cm, serta memiliki tebal 18 cm. Prasasti ini merupakan prasasti pertama yang di keluarkan oleh raja Panjalu Bameswara, tahun 1117 M atau 1038 Saka(anak keturunan raja Airlangga di Kediri)

Di sebutkan bahwa isi prasasti ini adalah memperingati penetapan suatu daerah yang menjadi “Sima Swatantra” artinya sebagai anugrah Raja Bameswara kepada para pejabat Desa Pandlegan. Karena mereka telah menunjukan kesetiaanya kepada raja dengan mengorbankan jiwanya di medan pertempuran melawan tentara Jenggala saat itu.

“Prasasti merupakan bukti tentang kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi masyarakat pada masa lampau. Yang tidak terlepas dari kehidupan pejabat-pejabat kerajaan,” imbuh Kang Koko.

(adv/kominfo)

Response (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *